Rabu, 18 Januari 2012

BERIBADAH TIDAK PANDANG STATUS DAN USIA


Pada saat sejumlah para ustadz dan para Muballigh mendekati sejumlah anak muda sambil mengajak mereka untuk menunaikan sholat, maka jawaban yang di sampaikan oleh anak muda tersebut kepada ustadz dengan kalimat “yang sholat Ustadz dan Kiyai saja, kami kan masih muda sholat nanti kalau sudah tua”.
Dari kalimat yang keluar dari lisan anak muda diatas dapat difahami bahwa sholat, puasa dan beribadah kepada Allah SWT hanya miliknya para Ustadz, Muballigh, Kiyai, pak Haji dan orang orang yang sudah tua, sementara anak muda mereka akan mendirikan sholat, puasa dan beribadah kepada Allah SWT nanti kalau sudah tua, kasarnya adalah mereka akan beribadah kalau badan sudah bauh tanah. Padahal kalau kita buka Al Qur’anul Karim sebagai pedoman orang orang Islam, bahwa perintah beribadah kepada Allah diperuntunkan buat ummat Manusia. Sebagaimana yang di firmankan oleh Allah dalam sejumlah ayat Al Qur’an, diantaranya sebagai berikut:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS Adz Dzariyat: 56)
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ  
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (QS Al Baqarah: 21)
Dari surat Adz Dzariyat ayat 56 diatas dapat di fahami bahwa jin dan manusia di ciptakan oleh Allah SWT hanyalah untuk beribadah kepada Nya. Tidak hanya manusia saja yang diperintahkan untuk beribadah dan menyembah Allah, jin juga di perintahkan untuk beribadah dan menyembah Allah. Lalu kita namakan apa apabila terdapat manusia yang tidak mau sujud untuk beribadah kepada Allah? Dan kita namakan apa apabila terdapat manusia yang senantiasa bermaksiat dan melanggar perintah Allah?
Sedangkan dalam surat Al Baqarah ayat 21 diatas juga dapat difahami bahwa yang di panggil oleh Allah untuk beribadah adalah manusia. Artinya apabila kita merasa diri manusia maka selayak dan sepantasnya kita beribadah kepada Allah SWT berupa mendirikan sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, berhaji bagi yang mampu dan juga membaca Al Qur’an, meninggalkan yang bertentangan dengan nilai nilai ketuhanan. Menipu, merampok, berjudi, berzina, korupsi dan meminum minuman khamar adalah perbuatan yang bertentangan dengan nilai nilai ketuhanan. Maka tinggalkanlah…
Allah SWT memanggil manusia untuk beribadah kepada Nya, lalu siapakah namanya bagi manusia yang tidak mau beribadah kepada Nya? Siapakah namanya bagi manusia yang melanggar nilai nilai ketuhanan? Jawablah dengan hati nurani wahai saudara saudara ku…
Ibadah itu ada dua macam, Pertama, ada ibadah “Mahdhoh”. Kedua ada ibadah “Ghairu Mahdhoh”. Ibadah Mahdhoh adalah ibadah yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan Allah. Diantaranya adalah sholat, puasa, haji, membaca Al Qur’an dll. Apabila istikomah seseorang menjalankan ibadah ini maka disebut orang tersebut menjadi “kesholehan pribadi”. Sedangkan ibadah Ghairu Mahdhah adalah ibadah yang berkaitan dan berhubungan dengan sosial kemasyarakatan, diantaranya adalah gotong royong, tolong menolong, silaturahim dll. Seseorang yang mengamalkan ibadah seperti ini disebut menjadi “kesholehan sosial”. Dua macam bentuk ibadah seperti ini dua duanya harus di jalankan. Tidak selayaknya apabila terdapat seseorang yang rajin sholatnya, rajin puasanya dan pergi haji berkali kali akan tetapi tidak berkenan membantu sesama, tidak saling menyapa bahkan bermusuhan. Juga tidak ada artinya baik hubungan antar sesama, dan sosialnya tinggi tetapi tidak pernah mendirikan sholat dan juga tidak pernah puasa di bulan Ramadhan.
Yang sangat bagus adalah menjalankan dua duanya yaitu ibadah Mahdhoh dan ibadah Ghairu Mahdhah atau dikenal juga dengan “Hablum minallah” dan “Hablum minannas”.
Beribadah kepada Allah atau beramal sholeh akan menjadikan kehidupan seseorang menjadi hidup yang layak dan mendapatkan pahala yang besar dari Nya. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ  
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS An Nahl: 97)
Dari ayat tersebut diatas dapat difahami bahwa siapa saja diantara manusia yang berjenis kelamin laki laki dan perempuan beribadah dan beramal sholeh sementara mereka dalam keadaan beriman maka mereka akan di balas oleh Allah berupa kehidupan yang layak dan baik didunia ini dan pahala yang berlipat ganda dari Nya. Apabila ingin dicukupkan rezeki dalam kehidupan ini maka beribadah dan beramal sholehlah. Ini janji Allah wahai saudara ku.
Lewat tulisan singkat ini aku hendak mengajak kepada saudara saudaraku baik dari yang muda sampai yang tua, dari rakyat biasa sampai pejabat dan dari orang awam sampai kiyai untuk senantiasa beribadah dan beramal sholeh dengan sungguh sungguh dan istikomah. Tinggalkan perbuatan yang bertentangan dengan nilai nilai ketuhanan, dengan demikian maka kita akan selalu mendapatkan kebaikan dan keberkahan dari Allah SWT.
Beribadah dan beramal sholeh bukan milik kiyai dan orang yang sudah tua akan tetapi milik semua ummat manusia. Ibadah tidak memandang status sosial dan umur akan tetapi untuk seluruh ummat manusia.
Abdul Hakim Abubakar El Kahir






Selasa, 03 Januari 2012

MUHAMMAD SAW SEBAGAI SURITAULADAN BAGI PEMIMPIN


Rasulullah SAW adalah sosok seorang pemimpin bagi sebuah bangsa yang patut dijadikan sebagai contoh dan suri tauladan bagi pemimpin-pemimpin bangsa saat ini. Sebagaimana yang di firmankan Allah dalam Al Qur’an sebagai berikut:

ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
  
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al Ahzab: 21)

Dari ayat diatas dapat kita fahami bahwa sungguh dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan bagi semua orang, apabila dia seorang ulama maka selayaknya mencontohi Rasulullah, apabila dia seorang pengusaha maka selayaknya mencontohi Rasulullah, apabila dia seorang bapak bagi anak anaknya dan suami dari istrinya maka ikutilah Rasulullah SAW dan apabila seoarang pemimpin sebuah Negara maka selayaknya mencontohi Rasulullah SAW. Seseorang yang mencontohi Rasulullah SAW adalah mereka yang mengharap rahmat Allah SWT, mempercayai kedatangan hari kiamat dan senantiasa lisannya menyebut nama Allah SWT. Oleh karena itu maka pemimpin bangsa yang senantiasa mengharap rahmat Allah maka sepatutnya pemimpin bangsa tersebut mengikuti dan meneladani prilaku Rasulullah SAW dalam hal kepemimpinan.

Dalam sebuah riwayat, bahwa suatu saat Rasulullah SAW berda’wah disebuah daerah yaitu “Thoif”. Rasulullah SAW mengajak orang orang Thoif untuk memeluk agama Islam dan bertauhidkan Allah SWT. Pada saat berda’wah tersebut Rasulullah SAW mendapatkan perlawanan dari ummatnya, Sehingga beliau di lempari dengan batu sampai berdarah tubuhnya. Malaikat AS menawarkan bantuan kepada Nabi Muhammad SAW agar Malaikat tersebut menimpakkan kaumnya di Thoif dengan sebuah gunung. Nabi Muhammad SAW menolak tawaran dari Makhluk AS (Malaikat). Dengan kerendahan hati Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah SWT, doa Rasulullah adalah sebagai berikut:

اللهم اهدى قومى فانهم لا يعلمون

Artinya: “Ya Allah berikan hidayah kepada kaum ku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.

Lihatlah bagaimana Rasulullah mendapat perlawanan dari ummatnya bahkan ummatnya melempari beliau sehingga berlumuran darah tubuhnya, akan tetapi beliau tidak membalasnya dengan pukulan dan lemparan, bahkan Rasulullah membalasnya dengan berdoa supaya ummatnya mendapatkan hidayah dari Allah SWT… subhanallah…

Wahai para pemimpin, dari level yang paling rendah sampai level yang paling tinggi. Lewat tulisan singkat ini aku ingatkan kepada kalian untuk mengukuti dan mencontohi Rasulullah SAW. Kalau kalian mengikuti prilaku Rasulullah niscaya kalian akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT dan apabila mendapatkan rahmat Allah maka kalian akan mendapatkan kemudahan dalam mengurusi tugas tugas kalian dalam memimpin. Akan tetapi kalau kalian tidak mengikuti Rasulullah SAW maka la’nat Allah yang akan kalian dapatkan. Kalau la’nat Allah yang kalian dapatkan maka kalian akan mendapatkan musibah dan bencana selama kepemimpinanmu.

Akhir dari 2011 bangsa Indonesia mengalami banyak kejadian berdarah, yang anehnya kejadian ini justru dilakukan oleh para pejabat dan para pemimpin terhadap ummatnya. Peristiwa Mesuji di Lampung dan Sumatera, dimana aparatur pemerintah menembaki dan menyiksa ummatnya. Peristiwa di pelabuhan Sape Bima NTB, dimana para polisi membubarkan warga dengan menggunakan senjata lengkap, senjata yang panjang, mobil perang yang besar dan peluru tak terhitung serta pakaian perang yang komplit. mereka, para polisi yang biadab itu menembaki dan menyiksa warga seperti binatang, seakan akan polisi tidak punya peri kebinatangan, sehingga 3 orang warga meninggal dunia dan puluhan terkena tembakan peluru polisi biadab. Mereka menghadapi ummat yang menyampaikan aspirasinya karena tanah mereka dirampas oleh investor asing yang diijinkan oleh pemerintah yang dzolim.

Wahai para pejabat, wahai para pemimpin, dimanakah hati kalian? Dimanakah pikiran kalian? Dimanakah agama kalian? Bukankah kalian beragama Islam? Bukankah kalian ummat Rasulullah? Maka selayaknya kalian menggunakan aturan Islam dalam menjalankan tugas mu, dan mengikuti Rasulullah dalam menghadapai ummatmu. Islam melarang membunuh sesama manusia, seorang yang kalian bunuh dari warga mu maka semua ummat merasakan sakit yang dalam.

Rasulullah sangat bijak dan santun menghadapi ummatnya yang berdemo dengan ekstrim. Beliau menghadapi ummatnya bukan dengan senjata akan tetapi beliau menghadapinya dengan pemaaf. Wahai para pemimpin kami ummat ini merindukan kepemimpinan kalian seperti Rasulullah SAW bukan seperti Fir’aun.

Wahai para polikus, janganlah kalian mengadu domba ummat dalam rangka mendukung karir politik untuk kepentingan dirimu dan kelompokmu, tetapi bangunlah karir politikmu dengan membangun ukhuwah diantara kelompok yang ada, sehingga tercipta dan tercapai cita-cita bangsa. Rajutlah kebersamaan, tanamkan persaudaraan dan tancapkan persatuan, insya Allah bangsa ini akan maju dan besar.

Lihatlah Rasulullah SAW saat membangun Madinah menjadi bangsa yang maju dan besar.  Langkah politik pertama yang beliau lakukan di Madinah adalah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Pola persaudaraan seperti ini unik dan belum ada duplikasinya dalam sejarah. Meskipun banyak sekali peristiwa-peristiwa pengungsian seperti ini terjadi dalam satu Negara.

Langkah politik berikutnya yang Rasulullah SAW lakukan adalah membuat kesepakatan antar berbagai faksi yang ada di Madinah. Ini merupakan konstitusi pertama Negara Muslim. Setelah Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau memandang perlu untuk mengatur hubungan dengan orang-orang non Muslim. Dalam hal ini beliau bertujuan menciptakan suasana aman, damai, dan tentram dengan mengatur wilayah dalam satu arahan. Maka, beliau menyusun undang-undang toleransi yang belum pernah ada didunia yang penuh dengan fanatisme kesukuan waktu itu.

Sebagai seorang negarawan Muhammad SAW mempunyai pikiran untuk memberikan jaminan ketenangan dan keamanan bagi semua warga tanpa pengecualian. Beliau tidak pernah berpikir untuk membangun sebuah kerajaan. Beliau hanya menginginkan ketenangan jiwa bagi warga Madinah dalam menganut dan mengamalkan ajaran agama mereka masing-masing. Kurang lebih 13 tahun beliau memimpin atau menjadi seorang presiden kala itu, beliau berhasil menjadikan kota Madinah dan sekitarnya menjadi masyarakat Madani yang senantiasa didambakan oleh masyakarat.

Rasulullah sangat bijak dan lihai membangun peradaban bangsa dan menciptakan karakter masyarakat yang relijius. Dengan perjuangan tersebut Rasulullah menjadi pemimpin yang dikagumi kawan maupun lawan.

Di tahun 2012 lewat tulisan singkat ini aku ingatkan kepada para pejabat dan politisi. Wahai para pejabat, hadapai ummat dengan pemaaf bukan dengan senjata yang mematikan. Wahai para politikus jadilah politikus yang membangun peradaban bangsa dengan merajut ukhuwah diantara ummat dan jangan mengadu domba mereka yang dapat memecah belah sehingga menjadi lemah dan binasa.     


Abdul Hakim Abubakar El Kahir